UPNVY Bangun Sistem Pompa Air di Gunung Kidul

  • Kamis 01 Februari 2018 , 12:00 AM
  • Oleh : Dewi
  • 962
UPN VETERAN Yogyakarta

GUNUNG KIDUL – Hingga saat ini kekeringan masih menjadi permasalahan utama sebagian besar desa di Gunung Kidul., salah satunya di Dusun Temuireng, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang. Jika musim kemarau tiba sekitar 1076 jiwa warga yang tinggal di desa ini mengandalkan air bersih dari bak penampung tadah hujan bahkan membeli tanki.

“Kami biasanya beli air tanki. Ada PDAM tapi tidak bisa naik sampai desa, ” kata Darti, salah satu warga.

Darti bersama ratusan warga desa lainnya hadir pada acara peresmian dan serah terima Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) yang terintegrasi dengan Sistem Pemompaan Tenaga Surya (SPTS) oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, Kamis (1/02/2018) di balai desa setempat.

Mereka ingin menyaksikan bagaimana alat tersebut bekerja dan mengairi desanya.

“Tadi saya coba buka krannya, airnya bersih jernih tidak ada endapannya. Alhamdulilah senang sekali sudah dibantu,” ujar Darti.

SPAM dan SPTS merupakan hasil penelitian selama satu tahun kolaborasi LPPM UPN “Veteran” Yogyakarta (UPNVY) bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang didanai oleh Kementerian Ristekdikti. Penelitian ini menghasilkan teknologi penyediaan air siap minum untuk masyarakat.

Ketua penelitian, Ir.Bambang Sugiarto, MT yang juga dosen Teknik Kimia UPNVY menceritakan ide penelitiannya berawal dari keprihatinannya melihat kekeringan di Gunung Kidul.

“Penelitian ini merupakan bentuk implementasi dan kepedulian kami terhadap permasalahan pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat,” kata Bambang.

Berbekal keilmuan di bidang Teknik Kimia, Bambang bersinergi dengan Tim Peneliti BPPT yang diketuai Dr. Hariyanto dalam skema pendanaan Program Pengembangan Teknologi Industri Kementerian Ristekdikti.

Pada penelitian ini Bambang bersama tim dari UPNVY melakukan sub-sistem pengolahan air, sehingga kualitas air yang dialirkan ke Dusun Temuireng menjadi laik konsumsi dan higienis. Kualitas suplai air baku ke dusun ini yang berasal dari Baron dan Goa Ngobaran melampaui ambang batas persyaratan maksimum.

Dari hasil analisa di musim curah hujan tinggi dan sedang, suplai air baku mengandung bakteri E-Coli dan Coliform. Sub-sistem pengolahan air oleh UPN ini menggunakan tawas maupun biji kelor serta proses olahan dengan destilasi percik.

“Sistem distilasi percik, yaitu proses pemilahan air. Air yang menguap akan terembunkan dan digunakan sebagai air siap konsumsi, sedangkan yang tidak teruapkan akan dialirkan bersama tawas yang selanjutnya ditampung ke bak flukulasi,” kata Bambang.

Air kemudian dipisahkan dengan penyaring zeolite, selanjutnya dialirkan ke bak penampung dan siap didistribusi. Air didistribusikan menuju wilayah Temuireng sejauh 740 meter dengan elevasi sekitar 40-50 meter. Disinilah peran BPPT dalam mendesain dan rancang bangun system pembangkit tenaga surya.

Alat yang diresmikan oleh Menristekdikti ini diharapkan dapat menjadi model system pengolahan air higienis dengan memanfatkan tenaga energy terbarukan yang ramah lingkungan untuk dapat diterapkan di lokasi lainnya. (wwj/humas)

Previous Next